Daftar isi :
1 Latar belakang
2 Peristiwa Rengasdengklok
2.1 Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
3 Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
4 Isi Teks Proklamasi
4.1 Naskah Otentik
5 Peringatan 17 Agustus 1945
5.1 Lomba-lomba tradisional
5.2 Peringatan Detik-detik Proklamasi

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.

Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.[5]


Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Isi Teks Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan

dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05

Atas nama bangsa Indonesia.

Soekarno/Hatta



Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Naskah Otentik
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal² jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-45
Wakil2 bangsa Indonesia.

Peringatan 17 Agustus 1945
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing.

Lomba-lomba tradisional
Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa

* Panjat pinang
* Balap bakiak
* Tarik tambang
* Sepeda lambat
* Makan kerupuk
* Balap karung
* Perang bantal
* Pemecahan balon
* Pengambilan koin dalam terigu
* Lari Kelereng
Peringatan Detik-detik Proklamasi
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh Presiden RI selaku Inspektur Upacara. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.




Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
Berikut merupakan daftar ilmuwan komputer berdasarkan nama belakangnya

A

Martín Abadi - Logika BAN (Burrows-Abadi-Needham logic)
Hal Abelson
Samson Abramsky
Hamid Yassin Adem - CASE tool
Leonard Adleman - Algoritma RSA (Rivest-Shamir-Adleman) dalam kriptografi
Manindra Agrawal - Polynomial-time Primality Testing
Alfred Aho - Bahasa pemrograman AWK
Gene Amdahl - Hukum Amdahl
Tom Anderson - Dependabilty, Fault Tolerant Computing
Andrew Appel - Buku teks kompiler
John Vincent Atanasoff - Penemu komputer elektronik pertama (komputer Atanasoff-Berry)

B

Charles Babbage - Penemu komputer mesin pertama kali
Charles Bachman
John Backus - FORTRAN
David A. Bader
Anthony Barr - SAS System
Rudolf Bayer - B-tree
Gordon Bell - DEC VAX, Struktur komputer
Steven M. Bellovin -- Network security
Dines Bjørner - VDM dan RAISE
Gerrit Blaauw - salah seorang pembuat desain dari IBM System 360
Manuel Blum - Kriptografi
Grady Booch - Unified Modeling Language, Object Management Group
George Boole - Boolean logic
Bert Bos - Cascading Style Sheets
Jonathan Bowen - Z notation dan formal methods
Steve Bourne - Bourne Shell, kompiler portabel: ALGOL 68C
Robert Boyer - Pencarian string dan ACL2 theorem prover
Jack E. Bresenham - Kontributor grafika komputer: Bresenham's algorithm
Per Brinch Hansen ( "Brinch Hansen") - concurrency
Fred Brooks - System 360, OS/360, The Mythical Man-Month, No Silver Bullet
Rod Brooks
Alan Burns - Real-time Systems

C
Luca Cardelli - objects
Edwin Catmull - Grafika komputer (Computer graphics)
Vinton Cerf - Internet, TCP/IP
Gregory Chaitin
Zhou Chaochen - Duration Calculus
Alonzo Church - mathematics of combinators and lambda calculus
John Cocke - RISC
Edgar F. Codd - formulated the database relational model
Stephen Cook - NP-completeness
James Cooley - FFT
Fernando J. Corbató - CTSS, Multics
Peter Cousins - EAI, ESB
Patrick Cousot - abstract interpretation
Seymour Cray - Cray Research, supercomputer
Dave Cutler - RSX-11, VMS, Windows NT
D
Ole-Johan Dahl - Simula
Christopher J. Date - proponent of database relational model
Dorothy Denning - security
Peter Denning - identified the use of an operating system's working set and balance set, President of ACM
Michael Dertouzos - Director of the MIT Laboratory for Computer Science (LCS) since 1974, Oxygen (project)
Alexander Dewdney
Vinod Dham-The so-called father of the Pentium processor.
Whitfield Diffie - Cryptography
Edsger Dijkstra - Algorithms Goto considered harmful Semaphore (programming)
Jack Dongarra - Linear Algebra high performance computing
Marco Dorigo - Ant-Colony Optimization
E
Annie J. Easley
Wim Ebbinkhuijsen - Cobol
John Presper Eckert
Philip-Emeagwali - Superkomputer
Douglas Engelbart
Andrey Ershov
Christopher Evans
Dave Evans - Grafika komputer (computer graphics)
Shimon Even
Eugene Kaspersky
F
Scott Fahlman
Edward Feigenbaum - intelligence
Michael Feldman
Edward Felten - security
Tim Finin
Raphael Finkel
Tommy Flowers - COLOSSUS
Robert Floyd - NP-completeness
James D. Foley
Ken Forbus
Herbert W. Franke
Daniel P. Friedman
G
Richard Gabriel
Zvi Galil
Bernard Galler - MAD
Hector Garcia-Molina
Michael Garey - NP-Completeness
Hugo de Garis
David Gelernter
Charles Geschke
Kurt Gödel - Computability
Joseph Goguen
Adele Goldberg - Smalltalk
Oded Goldreich - cryptography, computational complexity theory
Shafi Goldwasser - cryptography, computational complexity theory
Gene Golub - Matrix (math) computation
James Gosling - NeWS, Java
Paul Graham
Susan L. Graham - Compilers, Programming environments
Jim Gray - Database
Bill Griswold - Software engineering
Ralph Griswold - Snobol string processing languages
Ramanathan V. Guha - RDF, Netscape, RSS (file format), Epinions
Peter G. Gyarmati - Adaptivity in operating systems and net
H
Philipp Matthäus Hahn - kalkulator mekanis
Joseph Halpern
Per Brinch Hansen (lihat B, "Brinch Hansen")
Wim Hartman
Juris Hartmanis - teori kompleksitas (computational complexity theory)
Johan Håstad - computational complexity theory
Les Hatton - Kerawanan dan kegagalan Software
Martin Hellman
John L. Hennessy - Arsitektur komputer
Danny Hillis - Connection Machine
Geoffrey Hinton
C. A. R. Hoare - Logic, rigor, CSP
John Henry Holland - Algoritma genetik
Hermann Hollerith
Douglas Hofstadter - menulis Gödel, Escher, Bach, AI
Herman Hollerith - Pembuat mesin kartu berlubang pertama untuk IBM
John Hopcroft - Kompilator
Admiral Grace Hopper - Kompilator, COBOL
Alston Householder
David A. Huffman - Kode Huffman
I
Jean Ichbiah - Bahasa pemrograman Ada
Kenneth E. Iverson - Bahasa pemrograman APL
J
Ivar Jacobson - Unified Modeling Language, Object Management Group
Ramesh Jain
Jonathan James
David S. Johnson
Stephen C. Johnson
Cliff Jones - VDM
Michael I. Jordan
Bill Joy - Sun Microsystems, BSD UNIX, vi, csh
K
William Kahan
Robert E. Kahn - TCP/IP
Avinash Kak
Alan Kay - Dynabook, Smalltalk
Richard Karp - NP completeness
Narendra Karmarkar - Karmarkar's algorithm
Jacek Karpinski
Marek Karpinski - NP Optimization Problems
Ken Kennedy - Compiling for parallel and vector machines
Brian Kernighan - Unix
Stephen Cole Kleene - Kleene closure, recursion theory
Donald Knuth - The Art of Computer Programming, TeX, Literate programming
Andrew Koenig - C++
David Korn - Korn shell
Kees Koster - ALGOL 68
John Koza - Genetic programming
Andrey Nikolaevich Kolmogorov
Robert Kowalski
Thomas E. Kurtz - BASIC
L
Monica S. Lam
Leslie Lamport - Algoritma paralel
Butler W. Lampson
Peter J. Landin
Joshua Lederberg
Manny M Lehman - Laws of Software Evolution
Douglas Lenat - Artificial intelligence, Cyc
Leonid Levin - computational complexity theory
J.C.R. Licklider
David Liddle
Barbara Liskov - Bahasa pemrograman
Ada Lovelace - Bahasa pemrogram pertama
Nancy Lynch
M
Zohar Manna - Fuzzy logic
John Mashey
Yuri Matiyasevich - solving Hilbert's tenth problem
John McCarthy - Lisp programming language, Artificial intelligence
Douglas McIlroy - pipes
Chris McKinstry - Artificial intelligence, Mindpixel
Marshall Kirk McKusick - BSD, Berkeley Fast File System
Lambert Meertens - Algol68, ABC programming language
Bertrand Meyer - Eiffel
Silvio Micali - kriptografi
Robin Milner - ML
Marvin Minsky - Artificial intelligence, perceptrons, Society of Mind
Dr. Paul Mockapetris - Domain Name System (DNS)
Cleve Moler - numerical analysis dan MATLAB
Edward F. Moore - Mesin Moore (Moore's machine)
Gordon Moore - Hukum Moore (Moore's law)
J Strother Moore - pencarian string dan ACL2 theorem prover
Hans Moravec
Joel Moses - Macsyma
Stephen Muggleton
N
Mihai Nadin - Anticipation research
Frieder Nake - Pioneer in computer arts
Peter Naur - BNF, Algol 60
Roger Needham
Bernard de Neumann - Massively parallel autonomous cellular processor, software engineering research
John von Neumann - Early computers, von Neumann machine
Allen Newell - Artificial intelligence, Computer Structures
Max Newman - COLOSSUS and MADM
Nils Nilsson - Artificial intelligence
Jerre Noe
Emmy Noether
Peter Nordin - Artificial intelligence, genetic programming, and evolutionary robotics
Donald Norman - User interfaces and usability
Kristen Nygaard - Simula
O
John K. Ousterhout - Tcl
Mark Overmars - pemrograman mainan (games programming)
P
Christos Papadimitriou
Kamran Parsaye, Programming Language Semantics, Intelligent Databases
David Patterson
Judea Pearl - Artificial intelligence, Search
Alan Perlis - Bahasa Perl
Radia Perlman - Spanning-tree protocol
Simon Peyton-Jones - Functional programming
Gordon Plotkin
Amir Pnueli - temporal logic
Willem van der Poel - computer graphics, robotics, geographic information systems, imaging, multimedia, virtual environments, and games
Hayden Porter
Emil Post - mathematics
Jon Postel - Internet
Franco Preparata
Q
R
T. V. Raman - Accessibility, Web Technology, AsTeR, Emacspeak, XForms XML Events
Brian Randell - dependability
Raj Reddy - AI
David P. Reed
Gustavo Restrepo
John C. Reynolds
Joyce K. Reynolds - Internet
Adam Riese
Dennis Ritchie - C, UNIX
Ron Rivest - RSA
Azriel Rosenfeld
Guido van Rossum - Python programming language
Rudy Rucker - Writer, Educator
Steven Rudich - Complexity Theory, Cryptography
Jeff Rulifson
James Rumbaugh - Unified Modeling Language, Object Management Group
S
Carl Sassenrath - Operating systems, Programming languages, Amiga, REBOL
Jean E. Sammet - Programming languages
Thomas Sterling - Creator of Beowulf Clusters
Wilhelm Schickard
Doug Schmidt
Dana Scott - domain theory
Ravi Sethi - Compilers, 2nd Dragon Book
Adi Shamir - RSA
Claude Shannon - information theory
David E. Shaw - Computational finance, computational biochemistry, parallel architectures
Scott Shenker - networking
Edward H. Shortliffe - MYCIN (Medical diagnostoc expert system)
Herbert Simon - AI
Daniel Sleator - Splay tree, Amortized Analysis, Link-Cut Trees, Persistent Data Structures
Robert Sproull
Richard Stallman - GNU Project
Richard Stearns - computational complexity theory
Guy L. Steele, Jr. - Scheme, Common Lisp
Christopher Strachey - denotational semantics
Michael Stonebraker - database practice and theory
Bjarne Stroustrup - C++
Madhu Sudan - computational complexity theory, coding theory
Gerald Jay Sussman - Scheme
Bert Sutherland - Graphics, Internet
Ivan Sutherland - Graphics
T
Andrew S. Tanenbaum - Operating systems, Minix
Robert Tarjan - splay tree
Demetri Terzopoulos
Larry Tesler - human-computer interaction, graphical user interface, Apple Macintosh
Avie Tevanian - Mach kernel team, NeXT, Mac OS X
Ken Thompson - Unix
Walter F. Tichy - RCS
Seinosuke Toda - Computation complexity, recipient of 1998 Gödel Prize
Linus Torvalds - Linux
Joseph F Traub - computational complexity of scientific problems
John Tukey - FFT
Alan Turing - British pioneer, Turing Machine
U
Jeffrey D. Ullman - Compilers, databases, Complexity theory
V
Leslie Valiant - computational complexity theory, computational learning theory
Andries van Dam - Grafika komputer, hypertext
Srinidhi Varadarajan - System X: VirginiaTech's Power Mac G5 Supercluster
Vernor Vinge - penulis cerita Science fiction
W
Philip Wadler - Pemrograman fungsional
David Wagner - Kriptografi
Jan Weglarz
Joseph Weizenbaum - AI, ELIZA
Adriaan van Wijngaarden - Dutch pioneer; ARRA, ALGOL
Maurice Vincent Wilkes - Microprogramming, EDSAC
Manfred K. Warmuth - Computational Learning Theory
James H. Wilkinson - Numerical analysis
Sophie Wilson
Shmuel Winograd - Coppersmith-Winograd algorithm
Terry Winograd - AI, SHRDLU
Niklaus Wirth - Pascal, Modula, and Oberon languages
Stephen Wolfram - Mathematica
William Wulf - Compilers, President of National Academy of Engineering
X
Y
Tao Yang
Alec Yasinsac - keamanan atau keamanan komputer
Andrew Chi-Chih Yao
Z
Lotfi Zadeh - Logika samar (Fuzzy logic)
Egon Zakrajšek - Pioner dari negara Slovenia
Konrad Zuse - Perintis perangkat keras (komputer Z3) dan perangkat lunak dari Jerman
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO